Selasa, 24 September 2013

If You Don't Change, You Died


TOMOHON, Losnito - Siang itu, langit di sekitar Gunung Lokon cerah dan terasa menghangat di badan. Sesudah makan siang, tiga bus biru meluncur ke Kalasey, Manado. Dua bus membawa para siswa SMA Lokon dan satu bus membawa khusus untuk siswa SMP.

Dengan masih menggunakan seragam OSIS, 72 siswa SMA dan 26 siswa SMP Lokon beserta beberapa guru dan pembina asrama, menuju ke Manado untuk mengikuti pertemuan dengan Badan Pengurus LPMAK yang datang untuk mengadakan monitoring dan evaluasi terhadap para penerima beasiswa LPMAK.

“Maksud dan tujuan Monitoring BP LPMAK terhadap para penerima beasiswa LPMAK baik yang berada di Jawa, Manado dan Papua (Papua Barat), yaitu, ingin mengetahui keberadaan para penerima beasiswa yang dikirim oleh Sekretaris Eksekutif. Setiap tahun sesuai dengan rencana kerja BP LMPAK diadakan monitoring dan evaluasi baik secara dekat maupun jauh. Hari ini dilaksanakan secara dekat untuk mengecek apakah benar siswa yang dikirim ke kota studi itu benar adanya dan benar jumlahnya dan apa yang dirasakan oleh para penerima beasiswa dalam proses kegiatan belajar dan mengajar” kata Bp. Emanuel Kemong membuka acara itu di aula Resto Banda Kalasey, Manado Senin 23 September 2013 pukul 16.00 wita.

Pak Titus Kemong, menyampaikan di depan pengurus dan penerima bea siswa bahwa sampai sekarang ini di kota studi manado tercatat, “13 mahasiswa Unima (calon-calon guru), 22 mahasiswa UNSRAT, 20 mahasiswa Unklab, 40 mahasiswa Unika De Lasalle, 72 siswa SMA Lokon, 26 siswaSMP Lokon, 34 siswa SMA Advent Tompaso dan peserta umum 12 mashasiswa”. Kalau dijumlah semuanya menjadi 329 siswa. Dan sebentar lagi ada tambahan 14 siswa yang masuk SMP Lokon.

Dari jumlah itu, pengiriman siswa SMP baru terjadi pada tahun ini. Ke depan program SMP ini akan terus berlanjut hingga suatu saat tidak perlu lagi mengirim siswa tingkat SMA lagi dengan alasan sudah ada siswa yang lulus dari SMP.



Badan Pengurus LPMAK yaang hadir dalam pertemuan itu adalah Bp. Yohanes, Bp. Ferry Robot, Bp. Emanuel Kemong, Bp. Titus Kemong, Bp. Abraham Timang, dan Bp. Yohanes Lesubun, Sekretaris Bapeda Serta MC Fabian Magal.

Bapak UYohanes Lesubun (52 th), menyelesaikan SMP di Kokonao, lalu sekolah SPG di Jayapura, dengan bea siswa Keuskupan melanjutkan diploma musik di Yogyakarta. Setelah lulus diploma, lalu tugas di Wamena untuk mendampingi masyarakat dan menjadi guru. Sambil mengajar, beliau menjadi mahasiswa Universitas Terbuka hingga 1996 di wisuda di Jakarta. Setelah wisiuda lalu menjadi kepala sub pendidikan dasar di P dan K. Setelah 30 tahun di Wamena kemudian minta pindah ke Mimika ke kampung halaman. Sambil bekerja, beliau mengikuti pendidikan S2 di Universitas Cendrawasih, Jayapura untuk meraih gelar Magister Managemen Pendidikan. Dan lulus. 

 Dalam memotivasi para penerima bea siswa, beliau mengatakan bahwa (1)    If you don’t change, you die. Apabila anda tidak berubah, anda sudah mati. Berubah bagian dari kehidupan, tak ada kemajuan tanpa perubahan.


(2)    Orang yang berhenti belajar, dia pemilik masa lalu. Orang yang terus belajar adalah pemilik masa depan. Tak ada pintu lain selain belajar. Waktu tidak berubah nasib, yang merubah nasib adalah diri kita sendiri.



Ingat, para siswa mempunyai tanggung jawab berat untuk membangun daerah sendiri dengan cara menjadi siswa-siswa yang produktif. Dari laporan dari berbagai kota studi, tak sedikit para siswa yang prioritasnya bias atau berimbasnya prioritas diri ke mana-mana karena pengaruh pergaulan. Ini dipengaruhi oleh lingkungan dan teman pergaulannya.

Lingkungan dan teman itu seperti cermin. Lihatlah wajahmu dalam cermin itu. Sebaik-baiknya wajahmu, seganteng apapun atau secantik apapun, kalau kau bercermin pada cermin yang rusak maka jadinya bengkok-bengkok. Kau bisa rusak karena lingkungan dan pergaulan. Jika anda gagal krena rusak diri dalam belajar maka betapa mahalnya untuk memperbaiki. Berapa juta rupiah yang terbuang percuma karena ada siswa yang gagal dalam menyelesaikan pendidikan.

Trilyunan rupiah sudah dikeluarkan untuk pendidikan setiap tahun. Dan habis dalam waktu ima jam per hari dari jam 7 hingga jam 12. Lalu, 9 jam sisa menjadi ancaman bagi orang Papua. Kami kalah bukan karena akademi tetapi kami kalah karena sistem. Generasi baru kita amankan selama 24 jam per hari dengan ada yang bertanggungjawab dan dan mendampingi. Dan itulah yang dilakukan oleh LPMAK.

Nasehat lain yang perlu diingat oleh dalam belajar, para penerima bea siswa harus jalan terus sampai waktu habis dengan jelas. Kalau lima tahun ya diselesaikan dengan lima tahun jangan diperpanjang. Kalau bisa akselarasi, ya akselerasi untuk mempercepat waktu studi.  Iangat, kita sudah capek ketinggalan dengan yang lain maka selesaikan masa bekajar anda tepat pada waktunya karena persaingan kerja bukan hanya dari Papua tetapi seluruh Indonesia.

Setelah tanya jawab, acara dilanjutkan dengan ramah tamah dan setelah selesai lalu pulang.

0 komentar:

Posting Komentar