TOMOHON, Losnito - Siang itu, langit di sekitar Gunung Lokon cerah dan
terasa menghangat di badan. Sesudah makan siang, tiga bus biru meluncur ke Kalasey,
Manado. Dua bus membawa para siswa SMA Lokon dan satu bus membawa khusus untuk
siswa SMP.
Dengan masih menggunakan seragam OSIS, 72 siswa SMA dan 26 siswa SMP Lokon beserta beberapa guru dan pembina asrama, menuju ke
Manado untuk mengikuti pertemuan dengan Badan Pengurus LPMAK yang datang untuk
mengadakan monitoring dan evaluasi terhadap para penerima beasiswa LPMAK.
“Maksud dan tujuan Monitoring BP LPMAK terhadap
para penerima beasiswa LPMAK baik yang berada di Jawa, Manado dan Papua (Papua
Barat), yaitu, ingin mengetahui keberadaan para penerima beasiswa yang dikirim
oleh Sekretaris Eksekutif. Setiap tahun sesuai dengan rencana kerja BP LMPAK
diadakan monitoring dan evaluasi baik secara dekat maupun jauh. Hari ini
dilaksanakan secara dekat untuk mengecek apakah benar siswa yang dikirim ke
kota studi itu benar adanya dan benar jumlahnya dan apa yang dirasakan oleh
para penerima beasiswa dalam proses kegiatan belajar dan mengajar” kata Bp.
Emanuel Kemong membuka acara itu di aula Resto Banda Kalasey, Manado Senin 23
September 2013 pukul 16.00 wita.
Pak Titus Kemong, menyampaikan di depan pengurus dan
penerima bea siswa bahwa sampai sekarang ini di kota studi manado tercatat, “13
mahasiswa Unima (calon-calon guru), 22 mahasiswa UNSRAT, 20 mahasiswa Unklab,
40 mahasiswa Unika De Lasalle, 72 siswa SMA Lokon, 26 siswaSMP Lokon, 34 siswa
SMA Advent Tompaso dan peserta umum 12 mashasiswa”. Kalau dijumlah semuanya
menjadi 329 siswa. Dan sebentar lagi ada tambahan 14 siswa yang masuk SMP
Lokon.
Dari jumlah itu, pengiriman siswa SMP baru terjadi pada
tahun ini. Ke depan program SMP ini akan terus berlanjut hingga suatu saat
tidak perlu lagi mengirim siswa tingkat SMA lagi dengan alasan sudah ada siswa
yang lulus dari SMP.
Badan Pengurus LPMAK yaang hadir dalam pertemuan itu adalah
Bp. Yohanes, Bp. Ferry Robot, Bp. Emanuel Kemong, Bp. Titus Kemong, Bp. Abraham Timang, dan Bp.
Yohanes Lesubun, Sekretaris Bapeda Serta MC Fabian Magal.
Bapak UYohanes Lesubun (52 th), menyelesaikan SMP di Kokonao, lalu
sekolah SPG di Jayapura, dengan bea siswa Keuskupan melanjutkan diploma musik
di Yogyakarta. Setelah lulus diploma, lalu tugas di Wamena untuk mendampingi
masyarakat dan menjadi guru. Sambil mengajar, beliau menjadi mahasiswa Universitas
Terbuka hingga 1996 di wisuda di Jakarta. Setelah wisiuda lalu menjadi kepala
sub pendidikan dasar di P dan K. Setelah 30 tahun di Wamena kemudian minta
pindah ke Mimika ke kampung halaman. Sambil bekerja, beliau mengikuti
pendidikan S2 di Universitas Cendrawasih, Jayapura untuk meraih gelar Magister
Managemen Pendidikan. Dan lulus.
Dalam memotivasi para penerima bea siswa, beliau mengatakan bahwa (1)
If you
don’t change, you die. Apabila anda tidak berubah, anda sudah mati. Berubah
bagian dari kehidupan, tak ada kemajuan tanpa perubahan.
(2)
Orang yang berhenti belajar, dia pemilik masa
lalu. Orang yang terus belajar adalah pemilik masa depan. Tak ada pintu lain
selain belajar. Waktu tidak berubah nasib, yang merubah nasib adalah diri kita
sendiri.
Ingat, para siswa mempunyai tanggung jawab berat untuk
membangun daerah sendiri dengan cara menjadi siswa-siswa yang produktif. Dari
laporan dari berbagai kota studi, tak sedikit para siswa yang prioritasnya bias
atau berimbasnya prioritas diri ke mana-mana karena pengaruh pergaulan. Ini
dipengaruhi oleh lingkungan dan teman pergaulannya.
Lingkungan dan teman itu seperti cermin. Lihatlah wajahmu
dalam cermin itu. Sebaik-baiknya wajahmu, seganteng apapun atau secantik
apapun, kalau kau bercermin pada cermin yang rusak maka jadinya
bengkok-bengkok. Kau bisa rusak karena lingkungan dan pergaulan. Jika anda
gagal krena rusak diri dalam belajar maka betapa mahalnya untuk memperbaiki. Berapa
juta rupiah yang terbuang percuma karena ada siswa yang gagal dalam
menyelesaikan pendidikan.
Trilyunan rupiah sudah dikeluarkan untuk pendidikan setiap
tahun. Dan habis dalam waktu ima jam per hari dari jam 7 hingga jam 12. Lalu, 9
jam sisa menjadi ancaman bagi orang Papua. Kami kalah bukan karena akademi
tetapi kami kalah karena sistem. Generasi baru kita amankan selama 24 jam per
hari dengan ada yang bertanggungjawab dan dan mendampingi. Dan itulah yang
dilakukan oleh LPMAK.
Nasehat lain yang perlu diingat oleh dalam belajar, para
penerima bea siswa harus jalan terus sampai waktu habis dengan jelas. Kalau
lima tahun ya diselesaikan dengan lima tahun jangan diperpanjang. Kalau bisa
akselarasi, ya akselerasi untuk mempercepat waktu studi. Iangat, kita sudah capek ketinggalan dengan
yang lain maka selesaikan masa bekajar anda tepat pada waktunya karena
persaingan kerja bukan hanya dari Papua tetapi seluruh Indonesia.
Setelah tanya jawab, acara dilanjutkan dengan ramah tamah
dan setelah selesai lalu pulang.